Le Bourgeius Gentilhomme
Kedaulatan Rakyat, Selasa, 25 Februari 2003, Rubrikasi Kaca
‘Orang Kaya Baru’ Direspons Pelajar
PERGELARAN drama lakon ‘Orang Kaya Baru’ (OKB) yang dimainkan kolaborasi SMU De Britto dan SMU Stella Duce (Stece) I Yogya, di Gedung Sositet Taman Budaya Yogya Jl Sriwedani, dua malam berturut-turut Jumat-Sabtu (21-22/2), direspon para pelajar. Mereka mau menonton drama itu. Penonton yang menyaksikan drama cerita yang disadur N. Riantiarno, dari judul aseli ‘Le Bourgeius Gentilhomme’ karya Moliere dan disutradarai Hermanjoyo dan Goes P Adiartanto malam itu, bukan hanya pelajar SMU De Britto dan Stece I namun juga dari SMU di Yogya lainnya.
Eloknya, pementasan malam kedua, sebelum pertunjukan berlangsung, tiket yang dijual Rp 5 ribu sudah habis. Menurut Hermanjoyo, keberhasilan penonton drama OKB cukup menggembirakan karena meski teater sekolah namun mampu menarik pelajar SMU di Yogya mengapresiasi pergelaran teater. Artinya, bila setiap pergelaran teater SMU di Yogya, bisa mendapatkan respons positif pelajar, kehidupan teater SMU akan lebih bergairah dan berkembang. “Terlebih, jika antarpelajar SMU di Yogya mampu membangun komunikasi, berinteraksi dan mau menyaksikan setiap pergelaran teater SMU di sekolah maupun di gedung pertunjukan seperti malam ini, cukup membanggakan. Artinya, teater SMU sebagai kegiatan ekstrakurikuler selain bisa didapatkan berbagai pengalaman, belajar berorganisasi, bekerja kolektif, juga dapat menjadi media untuk menambah sahabat.
Antarpelajar yang semula tak kenal karena dari proses bersama berkolaborasi atau menyaksikan proses berteater menjadi akrab,” kata Hermanjoyo, saat ditemui KR, seusai pergelaran di Gedung Sositet, malam Minggu.Landung Rusyanto Simatupang, aktor teater Yogya mengamati, pergelaran drama ‘OKB’ hasil kolaborasi SMU De Britto dan SMU Stece I Yogya, cukup bagus. Artinya, kalau melihat anak-anak SMU bermain teater sudah bisa menjaga irama permainan di atas pentas dan membangun komunikasi dengan penonton dapat dikatakan berhasil. “Humor-humor yang direspons penonton itu, menunjukkan bahwa pergelaran drama OKB irama permainannya sudah tergarap. Saya kira untuk menggarap irama permainan dengan didukung pemain anak-anak SMU bukan pekerjaan mudah. Selain itu, saya salut pergelaran OKB ini dimainkan dua sekolah SMU yang mampu berkolaborasi.
Bila 2-3 SMU di Yogya yang memiliki kegiatan ekstrakurikuler teater bisa melakukan tradisi berkolaborasi, teater SMU di Yogya akan lebih berkembang. Sebab, saat ini Festival Teater tingkat SLTA di Yogya bisa dikatakan sepi. Paling tidak, dengan berkolaborasi 2-3 SMU bikin pertunjukan akan lebih bagus dan suatu saat kalau sudah matang, dapat digelar bersama atau mengadakan parade teater SMU,” saran Landung.Dia menjelaskan, belajar teater tidak harus jadi seniman.
Namun pelajar yang mau berteater akan mendapatlan berbagai pengalaman banyak mulai dari belajar organisasi, mengasah kecerdasan dan rasa serta bekerja secara kolektif. “Untuk itu, kalau teater SMU bisa semarak sebagaimana tahun 1970-1980-an, saya kira cukup menggembirakan. Sayang kalau di Yogya yang dikenal kota pendidikan teater SMU tak marak. Saya berharap teater SMU di Yogya bisa gayeng dan pergelaran teater di Yogya kian marak,” kata Landung.
Goes P Adiartanto memaparkan, ‘OKB’ sebuah kisah satir yang menertawakan dan memperolok kekonyolan orang kaya baru bernama Jordana, yang semula pedagang kain gagap menyikapi perubahan hidup ini. ‘OKB’ rencananya akan digelar kembali di Taman Budaya Surakarta (TBS), Sabtu (1/3) malam yang akan datang. Para pendukung ‘OKB’, di antaranya Gludug Ariyo Purnomo, Dias Wikarto, Meliantha Vania, Otto Sebastian, Nobi Susilo, Novi Sartika, Ratih Vidyaparamita, dan Jericho Putranto. Koreografi ditangani Sisilia Asih, kostum dan rias dibantu dari Heru Salon. Tata musik digarap Gemak Budi S, Laras, Asri bersama siswa-siswi SMU De Britto dan Stece I. (Cil)-k.
Eloknya, pementasan malam kedua, sebelum pertunjukan berlangsung, tiket yang dijual Rp 5 ribu sudah habis. Menurut Hermanjoyo, keberhasilan penonton drama OKB cukup menggembirakan karena meski teater sekolah namun mampu menarik pelajar SMU di Yogya mengapresiasi pergelaran teater. Artinya, bila setiap pergelaran teater SMU di Yogya, bisa mendapatkan respons positif pelajar, kehidupan teater SMU akan lebih bergairah dan berkembang. “Terlebih, jika antarpelajar SMU di Yogya mampu membangun komunikasi, berinteraksi dan mau menyaksikan setiap pergelaran teater SMU di sekolah maupun di gedung pertunjukan seperti malam ini, cukup membanggakan. Artinya, teater SMU sebagai kegiatan ekstrakurikuler selain bisa didapatkan berbagai pengalaman, belajar berorganisasi, bekerja kolektif, juga dapat menjadi media untuk menambah sahabat.
Antarpelajar yang semula tak kenal karena dari proses bersama berkolaborasi atau menyaksikan proses berteater menjadi akrab,” kata Hermanjoyo, saat ditemui KR, seusai pergelaran di Gedung Sositet, malam Minggu.Landung Rusyanto Simatupang, aktor teater Yogya mengamati, pergelaran drama ‘OKB’ hasil kolaborasi SMU De Britto dan SMU Stece I Yogya, cukup bagus. Artinya, kalau melihat anak-anak SMU bermain teater sudah bisa menjaga irama permainan di atas pentas dan membangun komunikasi dengan penonton dapat dikatakan berhasil. “Humor-humor yang direspons penonton itu, menunjukkan bahwa pergelaran drama OKB irama permainannya sudah tergarap. Saya kira untuk menggarap irama permainan dengan didukung pemain anak-anak SMU bukan pekerjaan mudah. Selain itu, saya salut pergelaran OKB ini dimainkan dua sekolah SMU yang mampu berkolaborasi.
Bila 2-3 SMU di Yogya yang memiliki kegiatan ekstrakurikuler teater bisa melakukan tradisi berkolaborasi, teater SMU di Yogya akan lebih berkembang. Sebab, saat ini Festival Teater tingkat SLTA di Yogya bisa dikatakan sepi. Paling tidak, dengan berkolaborasi 2-3 SMU bikin pertunjukan akan lebih bagus dan suatu saat kalau sudah matang, dapat digelar bersama atau mengadakan parade teater SMU,” saran Landung.Dia menjelaskan, belajar teater tidak harus jadi seniman.
Namun pelajar yang mau berteater akan mendapatlan berbagai pengalaman banyak mulai dari belajar organisasi, mengasah kecerdasan dan rasa serta bekerja secara kolektif. “Untuk itu, kalau teater SMU bisa semarak sebagaimana tahun 1970-1980-an, saya kira cukup menggembirakan. Sayang kalau di Yogya yang dikenal kota pendidikan teater SMU tak marak. Saya berharap teater SMU di Yogya bisa gayeng dan pergelaran teater di Yogya kian marak,” kata Landung.
Goes P Adiartanto memaparkan, ‘OKB’ sebuah kisah satir yang menertawakan dan memperolok kekonyolan orang kaya baru bernama Jordana, yang semula pedagang kain gagap menyikapi perubahan hidup ini. ‘OKB’ rencananya akan digelar kembali di Taman Budaya Surakarta (TBS), Sabtu (1/3) malam yang akan datang. Para pendukung ‘OKB’, di antaranya Gludug Ariyo Purnomo, Dias Wikarto, Meliantha Vania, Otto Sebastian, Nobi Susilo, Novi Sartika, Ratih Vidyaparamita, dan Jericho Putranto. Koreografi ditangani Sisilia Asih, kostum dan rias dibantu dari Heru Salon. Tata musik digarap Gemak Budi S, Laras, Asri bersama siswa-siswi SMU De Britto dan Stece I. (Cil)-k.
0 komentar:
Posting Komentar