Prolog...

In this part of pilgrim, I pick up these scattering notes along the pathway. Whether they are friend’s words or mine that is touching and inspiring. Maybe, in these traced footprints, there are memories worth reflected, there is flame that flare up spirits, and there are inspirations that flashing imaginations. Hope you love reading my notes.

One Minute Wisdom

Spoon boy: Do not try and bend the spoon. That's impossible. Instead only try to realize the truth. Neo: What truth? Spoon boy: There is no spoon. Neo: There is no spoon? Spoon boy: Then you'll see that it is not the spoon that bends, it is only yourself.

Peran Ortu dalam Pendidikan

Sekolah Bukan Satu-Satunya Arena Pembelajaran
Kompas, Kamis, 03 Agustus 2006 10:08:22

WONOSOBO, KOMPAS - Aufrida Wismi Warastri : Sekolah bukan satu-satunya arena pembelajaran bagi anak untuk menuntut ilmu. Di luar sekolah terbuka kesempatan anak mempelajari banyak hal. Orang tua dalam hal ini keluarga adalah tempat utama anak menempuh pendidikan yang sebenarnya.

Hal itu mengemuka dalam seminar Mengembalikan Peran Orang Tua dalam Pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka 75 tahun SR/SD Pius Wonosobo, bekerja sama dengan majalah Basis, Minggu (30/7).

Menurut pakar pendidikan Prof Dr Mochtar Buchori sekolah bukan satu-satunya tempat menempuh pendidikan karena pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Pertanyaan yang kemudian kerap muncul adalah apakah selama ini ada kesinambungan antara orang tua dan sekolah.

Selepas menyelesaikan studi, banyak siswa yang tidak mau kembali ke daerahnya. Akibatnya, banyak orang yang hidupnya penuh pura-pura karena tidak sepenuhnya memahami akar dirinya. Kekosongan jiwa ini yang kemudian muncul pada banyak peserta didik.


Maka, lanjut Mochtar, orang tua perlu merumuskan kembali filsafat pendidikan bagi anak dan tidak boleh sepenuhnya menggantungkan pendidikan pada pemerintah. Pemerintahan ganti setiap lima tahun sekali, kerapkali kebijakannya pun berubah. Sementara pendidikan terus menerus dan berkesinambungan.
Penggiat Forum Interaksi Guru Banyumas Agus Wahyudi menambahkan selama ini orang tua begitu sulit mengikuti pengajaran anak di sekolah. Selama ini sangat terlihat bahwa negara sangat mendominasi sekolah dan mengambil peran keluarga.
Kurikulum yang dibebankan pada anak juga didominasi negara. Di sisi lain banyak orang tua menyerahkan begitu saja pendidikan pada sekolah, jika nilai anak jelek baru orang tua ikut mengatur anak.

Bagaimana negara begitu turut campur terlihat pada penentuan kelulusan yang hanya bergantung pada hasil Ujian Nasional. Ketua PGRI Wonosobo H Guno Widagdo menyayangkan ukuran manusia unggul hanya dari tiga mata pelajaran. Dalam pertemuan-pertemuan orang tua siswa, agenda yang dibicarakan pun kebanyakan tentang ketidakmampuan ekonomi orang tua siswa, iuran wajib siswa, dan belanja sekolah. Kualitas pendidikan sendiri kurang mendapat perhatian.

Menurut pengajar SMA Kolese de Britto Yogyakarta Agus Prih Adiartanto sekolah perlu selalu mengkomunikasikan perkembangangan anak pada orang tua, dan mengajak orang tua membantu anak masuk ke kelas pilihan sesuai keahliannya. Dialog antara guru dan orang tua perlu selalu dibuka

0 komentar:

Posting Komentar