tag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.comments2023-09-24T19:39:05.609+07:00Sepenggal PerjalananAgepehttp://www.blogger.com/profile/16292294733005142180noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-57229758837147027812009-06-20T17:00:04.969+07:002009-06-20T17:00:04.969+07:00hello... hapi blogging... have a nice day! just vi...hello... hapi blogging... have a nice day! just visiting here....Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-59578324423170094532009-01-20T10:06:00.000+07:002009-01-20T10:06:00.000+07:00Lha nek pak Prih piye..motivasi jadi guru? masih k...Lha nek pak Prih piye..motivasi jadi guru? masih konsisten di jalan yg benar tho pak?Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/03130971150145446538noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-5750707779416179352008-10-15T21:53:00.000+07:002008-10-15T21:53:00.000+07:00Thank you :).You have very nice blogs too.Have nic...Thank you :).You have very nice blogs too.Have nice day :)<BR/>TuulaTuula Myllymäkihttps://www.blogger.com/profile/12022055639836398160noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-5492738634918103522008-10-12T10:15:00.000+07:002008-10-12T10:15:00.000+07:00greetings!just one word...nice blog..greetings!<BR/>just one word...<BR/>nice blog..MG-DKhttps://www.blogger.com/profile/11831451855174087142noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-59396986669624302052008-09-06T12:33:00.000+07:002008-09-06T12:33:00.000+07:00Justru karena keren itu aku ingin mmemposting untu...Justru karena keren itu aku ingin mmemposting untuk berbagi. Hm...Agepehttps://www.blogger.com/profile/16292294733005142180noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-15734678466452000172008-09-05T20:59:00.000+07:002008-09-05T20:59:00.000+07:00saya kq penasaran ya(saya masih ateis ini sampe sk...saya kq penasaran ya(saya masih ateis ini sampe skrg), kalo terlambat('too late')so what?Atau kalau malah tidak menerima konsepsi tersebut samasekali bakal bagaimana?Saya bakal masuk neraka?<BR/><BR/>..hehe, mungkin I'll take that risk. Kalo itu benar terjadi, ya saya tidak menyesal tidak menerima Gusti Semesta Alam yg, maap, buat saya, agak egomaniak(lha mosok nyortir menungsa muk dasare nyembah deweke po ra).. <BR/><BR/>..Barangkali heaven isn't for free thinkers.. <BR/><BR/>Py pak?? Hehe.. rd gojeg lo ki pak..Masta Mindhttps://www.blogger.com/profile/18295459385776506826noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-54499583290964290112008-09-05T20:42:00.000+07:002008-09-05T20:42:00.000+07:00O ya ya.. Ini cerita amat keren dari Jepang jaman ...O ya ya.. Ini cerita amat keren dari Jepang jaman feudal. Kalo tak salah jendral itu Oda Nobunaga (I cuma baca di Taiko, mbuh Eiji Yoshikawa yg mengkopi cerita rakyat atau memang Oda Nobunaga ra dong.. tapi tep keren pokomen..)Masta Mindhttps://www.blogger.com/profile/18295459385776506826noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-83159746015319104662008-08-16T19:59:00.000+07:002008-08-16T19:59:00.000+07:00saya belum pernah dengan versi yg ini,yg saya deng...saya belum pernah dengan versi yg ini,yg saya dengar lebih mirip versi yg kedua hanya saja bukan rubah tapi katak yg menyeberangkan..<BR/><BR/>anyway,saya mau share sesuatu yg sangat berarti bagi urip saya ini pak. <BR/>Cerita ini selalu menarik bagi saya. Semua ajaran(dan kisah) zen selalu intinya berpusar pada pikiran dan 'nature' dari pikiran - karenanya pencerahan tahap awal di dalam zen disebut 'seeing the nature'(tanpanya seseorang tak bisa menjadi 'dharma heir' dari seorang zen master).Begitu juga kisah ini,adalah sebuah analogi yg brilian atas mekanisme pikiran kita.Sayangnya hanya segelintir orang yg paham makna cerita ini,bahkan di kalangan Buddhis sendiri<BR/><BR/>Premis awal yg perlu diterima terlebih dahulu di sini adalah premis Buddhis bahwa penderitaan adalah kerja pikiran - bukan kerja obyek eksternal.100% tanggungjawab pikiran.Banyak orang, terutama di kalangan Buddhis,yg bisa menerima premis ini secara intelektual(karena memang ini inti ajaran Buddha),namun penerimaan secara intelektual ini ternyata tak banyak dampaknya(walau tak dipungkiri bahwa penerimaan secara intelektual sudah sangatlah berarti, dan lebih banyak lagi orang yg less fortunate untuk bisa berkenalan dengan konsep ini).Nyatanya,kita tahu demikian, namun tetap menderita.Banyak orang kenal konsep emptiness, banyak orang membaca buku Buddhis,namun tetap menderita.Tak ubahnya scorpion yg TAHU bahwa menyengat sang katak(atau rubah)akan membawa kematian, namun toh dia tetap lakukan.<BR/><BR/>Tetapi analogi cerita ini tentu tak hanya berbicara sedangkal itu.Tidak sekedar tentang Tahu. Lebih lanjut,bila kita mau mengamati pikiran(secara benar),akan nampak bahwa KESADARAN ADALAH PUSAT GRAVITASI PIKIRAN(Jack Kornfield,WiseHeart),artinya kita (bahkan) tak perlu melakukan apa2 pikiran sudah akan kembali dengan sendirinya ke kesadaran(dan dengan demikian adalah syarat kebahagiaan).Berpraktek dengan pikiran ibarat membiarkan ampas dari teh yg habis diaduk tenang dan dengan demikian settle di dasar cangkir.Dengan kata lain,saya benar2 yakin sekarang pak,bahwa kita menderita itu benar2 karena pikiran kita tak mau diam/anteng,karena PIKIRAN KITA 'KETONTO',kalo saja mau anteng,pikiran akan selalu kembali ke kesadaran. Dan toh,paradoksnya,walau saya 'menyaksikan' itu sendiri,saya masih menderita(walau sudah berkurang separo lebih cengkeramannya).Itu kenapa banyak orang meditasi yg juga masih menderita.<BR/><BR/>Di sini,saya sadar bahwa pikiran kita memang seperti scorpion - hanya saja,lebih tepatnya, YG DISENGAT ADALAH DIRINYA SENDIRI.Kita sudah tahu,dan merasakan,itu sakit,namun tetap melakukannya.<BR/>Kenapa? Itulah yg menjadi salah satu obyek meditasi(meditasi huato/Koan)dalam zen - karena penjelasan intelektual samasekali tak akan menyentuhnya/membantu sedikitpun.Karenanya intelek bukan elemen signifikan dalam zen,karena intelek hanya elemen sangat superficial dari pikiran.Yg dibutuhkan untuk menghadapi penderitaan yg kontinyu adalah juga determinasi yg kontinyu(dan paradoksnya adalah determinasi bukan untuk aktif, namun justru untuk anteng)hingga ketika kita terbiasa dengan kesadaran,(konon)kita akan ganti 'ketonto' oleh kesadaran hingga fase 'seeing the nature'.<BR/><BR/>Seeing the nature adalah (konon)pengalaman melihat sendiri kenapa pikiran kita continuously menyakiti diri kita sendiri,dan pengalaman ini secara 100%merubah psyche seseorang(konon juga-barangkali menurut psikolog2 seperti Jung dan Erich Fromm inilah integrasi,walau sejenak, pikiran conscious dan subconscious).Masta_Mindhttps://www.blogger.com/profile/11899751168507075569noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-72061922245279856552008-08-16T19:58:00.000+07:002008-08-16T19:58:00.000+07:00Aku wis tau ketemu(lan melu retreate e) wong pence...Aku wis tau ketemu(lan melu retreate e) wong pencerahan pak(seeing the nature/pencerahan tahap awal- pencerahan ternyata tahap2e okeh tenan),Dharma heir -nya Zen Master ShengYen(Taiwan),<BR/>orgnya yo ceria sekali ki,ora njur miserable/nglentruk(koyo nietzche misale),wong e humoriezt bgt ro yo rodo pethok(koyo cah JB nek neko2 ngono kae lah)<BR/><BR/>Anyway,kanggoku ora logis nek pencerahan ki njur miserable ngono,wong tiada diri njur sopo le miserable?Justru diri lebur, seseorang menjadi satu dengan 'keluarga dunia' ta,kenapa miserable?<BR/><BR/>Kalaupun,ternyata koyo ngono,aku luweh pak,tetep nek aku isa tak jajal dewe,tak rasakne dewe,karena aku makin hari ki makin nyadari betapa urip ki ibarat kejebak neng njero omah kobongan arep ambruk - piye2a kudu metu. Setiap saat 'shit can happen', entah wong le tak sayangi modar,opo ngeti2 geger njuk cino diobong.. 1001 kemungkinan pokoke,dan le ceta nek itu terjadi, kondisiku saat ini aku ra bakal siap. Satu2nya jalan kanggoku yo hanya 'jalan tanpa jalan' kuwi pak - menyadari nature dari fear(karena fear ki akare kabeh bencana), kuwi wis tak tetepne reason d'etre uripku pak.Masta_Mindhttps://www.blogger.com/profile/11899751168507075569noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-14677289085154662192008-08-06T16:05:00.000+07:002008-08-06T16:05:00.000+07:00artikele top pask prih...ak dikdo lulusan '98.smg ...artikele top pask prih...ak dikdo lulusan '98.smg msh inget diriku.kl sempet mampir ke gesuinspirates.wordpress.comdidohttps://www.blogger.com/profile/13952917847228837534noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-57283572882259159922008-05-28T20:01:00.000+07:002008-05-28T20:01:00.000+07:00he he..menyinggung2 ttg zen, maaf saya baca yg awa...he he..menyinggung2 ttg zen, maaf saya baca yg awareness dulu baru yg ini.Ternyata sudah lebih nge-zen yg ini.<BR/><BR/>However.. zen mungkin lbih radikal dari DeMello.Saya kira zen percaya bahwa I'm a human being, but I'm not a human being. I am everything, I am nothing. There is no I. Tentunya ini bukan sekedar kata2 waton sensasi ben keren - ini sangat logis, dan simpel. <BR/><BR/>Apa itu human being? Sebutkan satu filsuf, scientist, seniman ato siapapun dalm sejarah manusia yg bisa mendefinisikan apa itu human being.Sejauh yg saya tahu,tidak ada definisi mutlak manusia-selalu ada anomali.Apa ada 1 saja kriteria yg membedakan human being dgn yg non-human being?Tak ada.Dan sebenarnya tak hanya human being, tapi juga segalanya - dunia ini; baik buruk; benar salah; dst tak ada definisi yg mutlak, karena definisi itu pemetaan, definisi itu perumusan, perumusan itu label - label bukanlah barang yg sesungguhnya.<BR/><BR/>Suatu barang diberi label(yg berwujud secarik kertas kecil dng tulisan tertentu yg ditambatkan pada barang itu) - maka adalah kesalahan besar bila label dianggap sebagai barang sesungguhnya.<BR/><BR/>Jadi, definisi apapun itu hanyalah perumusan, hanya label - bukan barang sesungguhnya. Kata-kata bukan realita - ia hanya sarana konvensional, utk komunikasi, utk kategorisasi. Jadi kalo memang mendekonstruksi labelisasi tak usah tanggung2 - ga ada success/failure, ga ada human being/non-human being..<BR/><BR/>Juga, ultimately, tak ada I. Tak ada ego, tak ada suffering. Yg ada hanya kesadaran yg mengamati namun menyatu dengan obyek2 kesadaran<BR/><BR/><BR/>Descartes berkata: 'I think, therefore I am'; konon seorang Master Zen Jepang berkata, 'saya kira ia lupa untuk melanjutkan: ..I do not think, therefore I am not.' <BR/><BR/>I hanya exist ketika buah2 pikir liar mendefine - nya. Ketika kita percaya pada kesadaran, maka pikiran macet, buah pikir tak lagi mengganggu, dan di sana kita lihat bahwa tidak ada I, dan tidak ada suffering.Masta Mindhttps://www.blogger.com/profile/18295459385776506826noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-35585513582415873782008-05-28T19:21:00.000+07:002008-05-28T19:21:00.000+07:00Menurut saya pak,Kalo bapak suka DeMello coba baca...Menurut saya pak,<BR/>Kalo bapak suka DeMello coba baca buku2 Zen pak. DeMello itu sgt di-influence Ajahn Chah - biksu Thailand dari mazhab teravada, tapi kalo belajar teravada agak njlimet, yg to the point dan kena itu buku2 zen.<BR/><BR/>Kata2 yg bapak kutip itu Zen bgt. Zen sangat menekankan kesadaran - suatu alat yg sangat powerful utk mencapai pembebasan.<BR/><BR/>that the gold necklace... itu me-refer pada kebahagiaan yg ada tepat di depan mata. Ketika orang sadar(mawas)ia instantly bahagia(pada detik itu juga.. percaya ato tidak) - karena penderitaan datang dalam bentuk kemelut pikiran, sementara pikiran hanya punya 1 lobang, ketika lobang itu diawasi ketat dengan kesadaran(istilah zen 'kucing yg mengawasi tikus')maka takkan ada ruang bagi kemelut, tak ada ruang bagi penderitaan.<BR/><BR/>the snake you are.. me-refer pada penderitaan yg sesungguhnya hanya pepesan kosong.Sejatinya tak ada penderitaan, orang menderita karena buah2 pikirnya sendiri. Coba saja orang mau relax, settle, dan mengamati(aware)thd pikirannya sendiri - akan kelihatan betapa penipu terbesar dalam hidup kita adalah pikiran kita sendiri.Ya pikiran ini sumber penderitaan - sekejap kita mau mundur dan mengamati, ia langsung pudar. Poinnya:Bahagia itu gampang - sekiranya tak memungut maupun menolak, tidak 'nggondeli' maupun merepresi, niscaya pikiran itu kokoh - pikiran yg bahagia<BR/><BR/>(iki ra menggurui lho pak, ki aku menginterpretasi - moga2 bermanfaat)Masta Mindhttps://www.blogger.com/profile/18295459385776506826noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-3276105954174517546.post-73650535094343925152008-05-11T21:02:00.000+07:002008-05-11T21:02:00.000+07:00Bagaimana kalau tak ada yang kita bawa pos-kematia...Bagaimana kalau tak ada yang kita bawa pos-kematian? Kenapa orang selalu berasumsi bahwa ada yang kekal? Apa karena orang sesungguhnya takut - takut akan perpisahan, takut akan ketidakbermaknaan, takut akan fakta empiris yang mereka tatap bahwa yang tersisa dari kematian adalah(hanyalah)mayat busuk yang digerogoti belatung?MastaMindhttps://www.blogger.com/profile/10783992379754284167noreply@blogger.com